Struktur Candi Sawentar 1.

Struktur Candi Sawentar merupakan bentuk dari bangunan masa Jawa Timur yang berkembang pada abad XII – XIII M., Karena bangunan yang berkembang pada abad VIII – X M didominasi oleh bangunan-bangunan candi di Jawa Tengah, bentuknya tidak seperti itu. Bangunan candi masa Jawa Tengah cenderung gemuk dan buntak (tambun), sedangkan bangunan candi masa Jawa Timur berbentuk ramping dan tinggi.

Candi sawentar juga memiliki kesamaan bentuk dengan candi Kidal dan candi bangkal, yang sama-sama berada di Jawa Timur. Hanya untuk Candi Bangkal memang sebagian besar terbuat dari batu bata dan bukan andesit layaknya Candi Kidal dan Sawentar 1.

Denah alas atau batur candi Sawentar 1 hampir mengarah ke bujur sangkar, berukuran panjang 9,53 m, lebar 6,86 m. Tinggi bangunannya 10,65 meter. Berdasarkan sisa-sisa bangunan yang terdapat di sekitar halaman, Candi Sawentar memiliki pagar keliling dari batu dengan denah halaman hampir bujur sangkar. Halaman ini merupakan halaman pusat, karena pada umumnya bangunan candi memiliki 3 tingkatan bangunan.

Bangunan candinya terbuat dari batu andesit dengan pola pasang tidak beraturan/acak.

Dahulu di depan candi terdapat sebuah bangunan tembok tepat di depan tangga pintu masuk ke ruang candi, sehingga posisinya menutupi tangga pintu masuk tersebut. Bagian pondasi dari tembok pagar ini sekarang masih ada. Fungsi dari tembok itu diduga sebagai ‘kelir’ atau ‘aling-aling’ dari bangunan candinya. Maksud dari kelir atau aling-aling tersebut secara magis adalah sebagai penangkal atau penolak dari kekuatan gaib yang bersifat negatif/jahat. Dengan demikian tembok kelir atau aling-aling tersebut memiliki fungsi magis, yaitu magis perlindungan (protektif).

Sisa pondasi pagar membujur, utara-selatan.

Candi Sawentar sesuai dengan strukturnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian kaki, badan, dan puncak.

  • Bagian kaki (Upapitha) disebut BHURLOKA, gambaran dari alam manusia atau dunia manusia.
  • Bagian badan (Vimana) disebut BWAHLOKA, gambaran alam atau langit.
  • Bagian puncak (Cikhara) disebut SWAHLOKA, gambaran alam sorgawi atau kahyangan para dewa.

Struktur bangunan candi, baik candi Hindu maupun candi Budha mengacu kepada gambaran gunung suci, yaitu Meru.

Menurut mitologi Hindu dan Budha bahwa alam semesta atau jagat raya ini berpusat pada gunung Meru yang merupakan tempat tinggal para dewa. Oleh karena itu candi-candi dibangun sebagai usaha untuk menciptakan gunung Meru tiruan.

Dengan demikian struktur bangunan candi harus sesuai dengan struktur Meru, yaitu ada kaki, lereng/badan, dan puncak.

Karena sebuah gunung mengandung unsur flora atau fauna, maka hiasan-hiasan pada dinding candi juga mengandung unsur flora dan fauna. Disamping itu dihias dengan makhluk-makhluk ajaib penghuni sorga. Semuanya itu untuk menegaskan bahwa candi merupakan gambaran dari Meru tempat tinggal para dewa.

Leave a Reply